Laman

Minggu, 18 Januari 2015

The Darkest Minds by Alexandra Bracken

The Darkest Minds (Pikiran Terkelam)Judul : The Darkest Minds
Penulis : Alexandra Bracken
Penerbit : Fantasious
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Jumlah halaman : 582 halaman
Tahun terbit : 2014
Harga : 89.900
Genre : Fantasi, Young Adult, Romance
Rating : 4/5 stars
Rating goodreads : 4.31/5 stars



Sinopsis
Ketika Ruby terbangun pada ulang tahunnya yang kesepuluh, sesuatu tentang dirinya telah berubah. Sesuatu yang cukup mengkhawatirkan untuk membuat orangtuanya mengunci dirinya di garasi dan menelepon polisi. Sesuatu yang membuat dirinya dikirim ke Thurmond, 'kamp rehabilitasi' milik pemerintah yang kejam. 
Dia mungkin telah selamat dari penyakit misterius yang membunuh sebagian besar anak-anak Amerika, tapi dia dan anak-anak lainnya harus berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih buruk: kemampuan menakutkan yang tidak dapat mereka kendalikan. Sekarang, saat berumur enam belas tahun, Ruby termasuk salah satu anak yang memiliki kemampuan paling berbahaya.Dan ketika kebenaran terungkap, Ruby pun berusaha mati-matian untuk meloloskan diri dari Thurmond.
Tapi, ada pihak lain yang bekerja, orang-orang yang tidak akan berhenti untuk menggunakan Ruby dalam perjuangan mereka melawan pemerintah. Ruby akan menghadapi pilihan demi pilihan yang buruk, yang mungkin akan berarti menyerahkan satu-satunya kesempatannya untuk hidup. 

Semua berawal dari kematian Grace Somerfield yang meninggal secara mendadak saat makan siang. Mereka menyebutnya sebagai penyakit Everheart, yang kemudian berubah nama menjadi Idiopathic Adolescent Acute Neurodegeneration (IAAN)- Degenerasi Saraf Akut Remaja Idiopatik yang merupakan penyakit berbahaya yang menyerang anak anak umur 8 - 13 tahun yang menyebabkan penderitanya meninggal dunia. Karena alasan itulah, pemerintah meminta para orang tua untuk menyerahkan anaknya ke kamp rehabilitasi untuk disembuhkan.

Ruby Elizabeth Daly, anak perempuan berumur sepuluh tahun harus dijemput oleh PSF (Psi Special Force) dan dikirim ke kamp di Thrumond, setelah orang tuanya melapor bahwa mereka tak lagi mengenali Ruby. Di kamp Thrumond, anak anak dikarantina dan dikategorikan menjadi 5 golongan. Merah, memiliki kemampuan mengendalikan api. Orange, mampu mengendalikan pikiran. Biru, memiliki kemampuan telekinesis. Kuning, memiliki kemampuan mengendalikan listrik. Hijau, memiliki kecerdasan dan daya ingat yang tinggi. Di antara 5 kategori tersebut, golongan Merah dan Orange lah yang paling berbahaya. Anak anak yang masuk dua golongan tersebut selalu diborgol dan penjagaannya lebih ketat dibanding golongan yang lain. Saat tes penggolongan, Ruby berhasil memanipulasi pikiran pengetesnya sehingga diklasifikasikan sebagai Hijau. Kehidupan di kamp sangatlah sengsara, mereka dipekerjakan secara paksa dan hidup dalam aturan yang sangat ketat. PSF tak segan segan menghukum dengan menghajar atau dengan dengung statis, gelombang suara yang memekakkan telinga yang hanya bisa didengar oleh Psi. Semakin lama, golongan Merah dan Orange berkurang dan jarang terlihat. Golongan Merah sudah punah dan Golongan Orange masih 2 orang yang bersembunyi dibalik label 'Hijau'.

Hingga pada tahun keenam Ruby di kamp. Dengung statis yang dibunyikan berbeda dari sebelumnya. Dengung statis kali ini memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini membuat Ruby mengalami 'serangan', lumpuh, dan tidak berdaya yang hampir membuat identitasnya terkuak. Karena selama ini, Ruby merupakan Orange. 

Cate, dokter yang juga menolong Ruby saat mengalami serangan menawarkan untuk menolong Ruby dan membawa Ruby keluar dari kamp. Ruby menyetujuinya dan mengikuti rencana Cate, hingga Cate berhasil membawa Ruby keluar dari kamp. Cate kemudian menceritakan tentang liga anak, sebuah perkumpulan yang melawan pemerintah dan kamp. Cate berhasil membawa Ruby dan Martin keluar dari kamp Thrumond. Hingga saat pergantian mobil di Marlinton, mereka bertemu dengan teman Cate, Rob. Yang kemudian Ruby tak sengaja menyentuhnya dan potongan peristiwa pembunuhan anak yang dilakukan Rob muncul di pikirannya. Ruby mulai panik dan bingung kepada siapa ia harus percaya. Ruby kemudian memutuskan untuk melarikan diri dan bertemu Suzume 'Zu' (Kuning) yang membimbingnya ke geng Zu yang terdiri dari 2 orang, Liam 'Lee' Stewart (Biru) dan Charles 'Cubs' (Biru). Bersama mereka, Ruby mulai mencari tempat yang aman untuk menghindari para pencari jejak, PSF, dan liga anak. Mereka mencari tempat Slip Kid berada, seorang Orange yang kabarnya bisa membantu mereka dan membangun East River, tempat untuk melindungi Psi dari dunia luar. 




Woooah. Ini adalah pertama kalinya berkenalan dengan buku garapan Alexandra Bracken yang kabarnya akan dibuat filmnya. Awal awal  membaca buku ini saya lumayan bingung dengan alur dan latar yang berpindah pindah. Ditambah dengan narasi dan deskripsi yang detail membuat saya harus pelan pelan membaca kata per kata, agar info penting tak terlewat dan banyak yang harus masuk ke otak untuk mengetahui apa yang terjadi. Namun, lama kelamaan saya sangat menikmatinya dan tidak bisa berhenti membaca. Buku ini termasuk novel distopia yang mencekam dan menegangkan dari awal. Suasana agak sedikit relax saat Ruby dkk berhasil menemukan East River dan mulai dari situ cerita mulai menarik dan berbagai kejutan muncul.

Bagi saya, The Darkest Minds seperti kombinasi Shatter Me dan Divergent. Sisi politik, kemampuan supernatural, dan kemampuan bertahan hidup di antah berantah. Agak sedikit ragu dengan filmnya, mengingat buku ini actionnya tidak terlalu banyak dan level klimaksnya yang naik turun. Sangat berharap filmnya tidak membosankan dan sama mencekamnya dengan bukunya.

Dari segi karakter, saya suka Ruby. Karakter yang gak egois dan mau rela berkorban, walau ada bagian yang buat saya sedikit kesal dengan sikap rela berkorbannya itu. Saya mulai bersimpati saat membaca bagian Ruby dan Sam yang membuat saya kasihan dan merasakan dilema yang dirasakan oleh Ruby. Rasa bersalahnya terhadap teman teman Hijau lain yang belum bisa keluar seperti dirinya. Serta rasa bersalahnya terhadap Liam dkk yang kemudian membuat Ruby terus berusaha melindungi mereka. Saya juga menyukai karakter Zu dan Liam. Zu, gadis kecil yang imut dan manis. Saya bisa membayangkan betapa Zu menjadi sosok yang menyegarkan dan murah senyum ketika mereka mengalami kesusahan. Dan Liam, seorang good boy yang ramah, berani, dan pantang menyerah. Saya menikmati kebersamaan mereka dan berharap karakter Zu akan muncul di buku selanjutnya. Dari segi karakter, saya suka semua karakter di sini, bahkan Clancy pun saya suka :D

Masih begitu banyak pertanyaan yang muncul setelah membaca buku ini. Tentang kemampuan Ruby, tentang Pemerintahan Gray, dan tentang bagaimana munculnya penyakit ini? Semuanya masih blur dan berharap di buku selanjutnya saya bisa menemukan jawaban yang saya cari. Hal yang paling tidak suka adalah bagian endingnya. Saya pengen nangis beneran deh, setelah selesai baca buku ini. Bukan, bukan karena sad ending tapi karena sesuatu yang tidak saya harapkan terjadi #eaaak, Secara keseluruhan, saya suka buka ini dan bisa dijadikan pilihan membaca bagi yang suka fantasi khususnya dystopia.

4 bintang untuk pikiran Ruby. 

1 komentar:

  1. Halo kak.... Aku juga baru2 ini selesai nonton filmnya kak.... Dan menurut aku bagus tapi aku gak terlalu suka dengan endingnya....

    BalasHapus