Tampilkan postingan dengan label Tere Liye. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tere Liye. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 April 2014

Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah - Tere Liye

Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah
Judul : Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 512 halaman
Tahun terbit : 2012
Rating : 5/5 stars
Rating Goodreads : 4.07/5 stars
hadiah kuis @fiksimetropop

Sinopsis
Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, maka setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaanya. Apakah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama spesialnya dengan miliaran cerita cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah cinta kita? Ah, kita tidak memerlukan sinopsis untuk memulai membaca cerita ini. Juga tidak memerlukan komentar dari orang-orang terkenal. Cukup dari teman, kerabat, tetangga sebelah rumah. Nah, setelah tiba di halaman terakhir, sampaikan, sampaikan ke mana-mana seberapa spesial kisah cinta ini. Ceritakan kepada mereka.

Adalah Borno, seorang pemuda Pontianak yang terlahir dari keluarga biasa dan tinggal di pinggiran sungai Kapuas bersama sang Ibu. Di umur 12 tahun, ayahnya yang merupakan seorang nelayan terjatuh ke laut dan tersengat ubur-ubur. Divonis secara klinis, ayahnya mendonorkan jantungnya pada pasien gagal jantung yang telah menunggu donor. Borno kecil kecewa dan marah, dia hanya bisa menangis.

Selepas SMA, Borno tidak bisa meneruskan kuliah akibat keterbatasan biaya. Borno mulai bekerja serabutan mengumpulkan uang untuk menggapai mimpinya.  Mula mula dia bekerja di perusahaan karet, namun sayang dia hanya bekerja 6 bulan karena perusahaannya bangkrut. Borno pun kemudian bekerja menjadi penjaga karcis di dermaga feri, sayangnya pekerjaan ini membuat Borno dimusuhi para pengemudi sepit dan juga Bang Togar karena feri merupakan saingan terbesar sepit. Kemudian ia menjadi petugas SPBU apung sementara, menjaga warung, mencari sotong, memperbaiki genteng, dan berbagai pekerjaan serabutan lainnya.

Hal ini membuat orang orang disekitarnya menjadi kasihan dan prihatin. Cik Tulani pemilik warung makan, Koh Acong pedagang Kelontong kemudian berbincang bincang dengan Ibu Borno yang kemudian menyarankan Borno untuk menjadi pengemudi sepit. Borno ingat betul pesan Bapak kepada Borno yang melarang Borno menjadi pengemudi sepit. Namun dalam hati Borno berjanji

“ Aku akan jadi orang yang baik, setidaknya aku tidak akan mencuri, tidak akan berbohong, dan senantiasa bekerja keras meski akhirnya hanya jadi pengemudi sepit.” – pg. 54