Judul : Memori
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : 312 halaman
ISBN : 9789797805623
Harga : -
Rating : 4/5 stars
Tentang Cinta yang Tak Lagi SamaCinta itu egois, sayangku. Dia tak akan mau berbagi.
Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.
Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia—cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.
Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.
Mahoni yang bekerja sebagai arsitek harus
kembali ke Jakarta. Kepulangan ke Jakarta yang dikarenakan kematian sang Ayah,
orang yang dulu pernah dia sayang namun karena suatu hal Mahoni berbalik
membencinya. Kepulangan yang direncanakan hanya untuk 2 hari menjadi 2 tahun
untuk menjaga Sigi, adiknya.
Mahoni dengan Sigi. Bacanya jadi ngiri.
Awalnya cuek-cuekan. Tapi akhirnya jadi saling tolong menolong.
Mahoni dengan Ayahnya.Rasa kecewa yang amat
besar terhadap Ayahnya membuat Mahoni begitu membenci Sigi, dia cemburu dan iri
karena lebih banyak mendapatkan kasih sayang Ayahnya. Sigi lebih banyak
meluangkan waktu bersama Ayahnya, cemburu karena Ayahnya memberi nama Sigi yang
berarti kayu damar, kayu yang sangat kuat, tidak rusak, tidak lapuk karena perubahan
cuaca. Mahoni tahu. Damar adalah kesukaan sang Ayah, bukan jati, nyatok, atau
sungkai. Bukan pula Mahoni.
Mahoni dengan Simon. Masa lalu mereka begitu
sulit. Kenang-kenangan sewaktu masa kuliah dulu selalu membayangi kehidupan
mereka. Selalu berdebat siapa yang lebih baik antara Frank ( Arsitek favorit
Mahoni) dengan Rem Koolhas ( Arsitek favorit Simon). Mahoni menyukai cokelat
Godiva sedangkan Simon menyukai kopi Gayo. Dan Sofia, gadis cantik yang jatuh
hati dan amat memuja Simon. Mahoni takut memulai suatu hubungan bersama Simon
karena Mae.
“Menurutmu, apa yang kita lakukan ini benar?” Aku menatap mata Simon.Lelaki itu membalas seraya membelai rambutku. “Entahlah. Yang kutahu, aku menginginkan kamu.”katanya.
Simon, lelaki sinis
dan jarang tidak berkomentar pedas. Jika melakukan kesalahan, tidak mudah puas
dan luar biasa kritis terhadap karya baik orang lain ataupun miliknya. Oooh,
Aku jatuh cinta pada Simon.
Drama keluarga yang
begitu menguras emosi dan begitu mengingatkan rumah. Deskripsinya mengalir
lancar, tidak basa basi, dialognya keren. Saya suka kata kata Simon yang
terkadang to the jleb bangeet. Saya suka banget sama covernya, berasa klasik.
Karakter tokohnya kuat, alur ceritanya ga monoton, mengalir sempurna dan
membuat saya ga bisa berhenti membaca hingga ke lembar terakhir. Keseluruhan
cerita bagus, Acung jempol deh hihi :D
Adegan terfavorit
saya sewaktu Simon mencoba minuman milik Mahoni bukan dari cangkirnya melainkan
bibir Mahoni. Haha. Duh mesem mesem sendiri bacanya ;))
Happy Reading
suka dengan buku ini. Adegan romantisnya ga berlebihan. Tapi pas :)
BalasHapusSetujuuuu bangeet :))
HapusAsyik ketka membacanya.. Novel yg bisa sekali "lahap"
BalasHapusIzin copas ya...