Judul : Melbourne - Rewind
Penulis : Winna Effendi
Penerbit : Gagas Media
Jumlah halaman : 340 halaman
Tahun terbit : 2013
Genre : Fiksi Romance
Harga buku : 41.600 (20% Off)
Bisa dibeli di : bukabuku
Rating : 4/5 stars
Rating Goodreads : 3.80/5 stars
Penulis : Winna Effendi
Penerbit : Gagas Media
Jumlah halaman : 340 halaman
Tahun terbit : 2013
Genre : Fiksi Romance
Harga buku : 41.600 (20% Off)
Bisa dibeli di : bukabuku
Rating : 4/5 stars
Rating Goodreads : 3.80/5 stars
Sinopsis
Saya sebenarnya telat banget ya, baru bisa mereview buku ini. Tapi buat saya gak masalah sih, yang penting saya masih bisa meninggalkan jejak di blog ini. Awalnya, saya gak terlalu niat untuk membeli buku ini. Karena pengalaman sebelumnya saya membaca buku mba Winna, saya sering kali gagal move on dari buku bukunya. Alhasil, mood saya kadang campur aduk (in a good way) setelah baca buku buku mba Winna. Tidak terkecuali Melbourne ini T.T
Melbourne kali ini bercerita tentang Laura dan Max. Kedua manusia yang sempat merajut cinta di masa lalu yang kemudian dipertemukan kembali. Max telah menjadi seorang designer cahaya dan Laura sebagai freelancer di salah satu radio di Melbourne. Pertemuan pertemuan mereka diisi dengan nostalgia. Mulai dari kafe tempat mereka bertemu dulu sampai lagu lagu yang sering kali menemani kebersamaan mereka. Konflik muncul, saat Laura menemukan seseorang yang bisa memenuhi ruang hatinya yang kosong pada sosok Evan. Dimana, Evan sendiri adalah pacar sahabat baik Laura. Di sisi lain, Max masih menyimpan rasa pada Laura. Disini, Laura mulai bimbang dengan perasaannya. Dia merasa nyaman saat berada di sisi Max, namun dia terlalu takut akan rasa sakit yang pernah dia rasakan dulu. Dia menyukai Evan karena banyak kesamaan di antara mereka, tapi Evan adalah salah satu pria yang tak bisa ia miliki.
Dari awal saya baca buku ini, saya langsung jatuh cinta pada Max. Saya suka sekali dengan ocehan Max tentang cahaya. Max adalah salah satu karakter yang unik yang pernah saya baca. Saya amat menikmati setiap halaman demi halaman kebersamaan Max dan Laura. Yang kemudian, harus sedikit terganggu karena kehadiran sosok Evan. Saya mulai waswas dan takut, kalau kalau buku ini berakhir dengan sad ending. Untungnya hubungan Laura dan Evan tidak seburuk yang saya kira. Evan bukanlah karakter annoying yang meninggalkan pacar demi sahabat pacarnya (lah ._.). Yang jelas, saya bersyukur sekali mba Winna tidak membiarkan hubungan Laura dan Evan melenceng terlalu jauh. Penuturan dan gaya cerita mba Winna masih sama seperti buku buku sebelumnya. Sweet, melankolis dan dalem. Buku ini adalah salah satu buku STPC favorit saya setelah Paris dan Bangkok.
Quote favorit saya :
"Gue ngiri sama orang kaya lo, Max, yang punya rencana untuk masa depan dan tahu apa langkah selanjutnya yang harus diambil. What if I never get to decide what I want? What if I never know what I can be? What If I spend the rest of my life not knowing any of that?"
"But there's also something nice in not knowing, you know? Dalam keindahannya sendiri, masa depan akan jadi kejutan. Kita nggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, baik maupun buruk. Dan, ada satu hal yang gue tahu pasti, lo akan selalu punya gue, dalam setiap langkah menuju ketidaktahuan itu."
Baru liat design baru blognya, Niv. Lucuuuu :3
BalasHapusMelbourne, personally, termasuk favorit dari buku-buku Winna yg lain. Max-nya bikin nggak nahan banget meskipun agak-agak bete sama Laura dan endingnya hehehe
Hai Taaa. Ketemu lagi :" kayanya sama sama menghilang nih haha :3
HapusThankyouuu..
Yap, ini paling aku suka dibanding yang lain. Setujuu bangeet, gue aja seneb sama Laura yang ternyata begitu. Duh Max-ku sayang :""
tampilannya baru, iya nih, kalian berdua kemana aja? :p
BalasHapusMelbourne salah satu seri STPC paling favorit, buku Winna pertama yg disuka banget juga :)
Sebelumnya emang bukan penggemar mba Winna mba?
HapusDibanding buku yang lain, buku ini termasuk punya konten yang cukup 'berat' :D