Minggu, 30 September 2012

Review Endorphin - Pramesti Ratna


 Judul : Endorphin - a dose of happiness 
Penulis : Pramesti Ratna 
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama 
Jumlah Halaman : 232 halaman 
Ratings ; 3/5 stars
Kalau deritanya hilang, ingatan akan hal yang menyakitkan dan mengerikan tidak pernah akan hilang...
Menurut Byanca, perbedaan antara genius dan gila tipis sekali. Buktinya, pria yang katanya aktor andal sekaligus penyanyi Korea itu, Kim Jeonha, lebih suka menyerahkan pengambilan keputusan pada Mr. Gonzales yang ternyata adalah... kucing gendut peliharaannya. Dan Byanca harus rela mengejar-ngejar Jeonha selama mengerjakan biografi pria itu. Bagaimanapun, itu lebih baik daripada terus-menerus teringat pada mimpi buruk masa lalu.
Sementara itu, Jeonha merasa kehadiran Byanca membuat hidupnya tidak tenang lagi. Apalagi gadis Indonesia itu mengusulkan agar ia menceritakan kisah cintanya dalam biografi––satu hal yang paling tak ingin ia ingat, apalagi ia ungkit. Baginya, rasa sakit dan kebencian yang diakibatkan hal tersebut masih menyengsarakan, membuatnya hidup dalam dua neraka: kehilangan dan kesepian.
Namun tanpa sadar Byanca dan Jeonha jadi saling menguatkan. Mereka kembali bangkit, mencari kebahagiaan yang pernah hilang...


Semuanya diawali saat Byanca mendapat tawaran dari direktur JT Entertainment untuk mengerjakan sebuah proyek di Seoul: yaitu membuat sebuah biografi salah satu aktor/penyanyi yang sangat terkenal bernamaJeonha. Byanca menerima tawaran tersebut dengan harapan ia dapat melupakan masa lalunya yang pahit di Indonesia. Namun ia sama sekali tidak menyangka apa yang akan ia hadapi saat tiba di Seoul. Pertemuan pertamanya dengan Jeonha bisa dibilang sangat berkesan; dengan penampilan Jeonha yang berambut pirang, mengenakan syal shocking pink, perangainya yang kasar sekaligus seenaknya sendiri, memperlakukan kucingnya - Mr. Gonzales - sebagai juru bicara sekaligus penasihat; semuanya benar-benar membuat Byanca sakit kepala. Akan tetapi, tanpa keduanya sadari, mereka mempunyai kesamaan: Byanca dan Jeonha sama-sama memliki masa lalu yang gelap dan mereka sedang berusaha mencari kembali endorfin mereka yang hilang.


Selama proses pembuatan buku biografi Jeonha, Byanca selalu mengikutinya kemanapun ia pergi untuk memantau aktivitasnya sehari-hari. Ia harus selalu bersabar menghadapi sikap Jeonha yang menyebalkan dan suka seenaknya sendiri. Akan tetapi, Byanca merasa ada sesuatu yang misterius tentang kehidupan Jeonha dan masa lalunya. Seiring dengan berjalannya waktu, Byanca mengetahui sedikit demi sedikit kehidupan Jeonha yang sebenarnya. Ia mengetahui bahwa Jeonha yang menyebalkan selama ini hanyalah kedok yang lelaki itu buat sendiri agar semua orang membencinya; karena ia pun membenci dirinya sendiri.

"Drama happy ending hanya menyesatkan orang. Mereka seharusnya diberi pelajaran bahwa hidup tak semudah jalan cerita drama. Tahu tidak? Kalau aku berpartisipasi dalam drama dengan happy ending, aku hanya akan membohongi publik."
"Kau tahu, baru kali ini aku merasa kita punya kesamaan... Kita sama-sama sedang mencari endorfin yang bisa membuat kita bahagia lagi. Bukankan begitu, Kim Jeonha?"
Dari warna covernya yang cukup eye-catching membuat saya tertarik untuk membeli buku ini. Dari isinya, kisah Jeonha-Byanca cukup sederhana. Sebenernya dari awal ngarepin yang agak sedikit ‘wah’dan  beberapa kali saya bingung dengan alur maju-mundur yang digunakan penulis, agak kurang jelas time-framenya. Pemilihan kata dan perpindahan antara satu bab dengan bab berikutnya juga kurang smooth, saya seperti membaca melompat-lompat dan menebak-nebak sebetulnya apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Dan, saya juga agak kecewa dengan bagian ending-nya, seperti kurang greget, karena saya mengharapkan penjabaran yang lebih detail dan romantis. Untuk bacaan ringan di waktu senggang, buku ini tetap bisa jadi pilihan. Tapi, jangan terlalu mengharapkan ada banyak kisah tentang Korea, karena walaupun berlatar Korea, hampir tidak ada pembahasan mengenai Korea disini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar