Sabtu, 11 Juli 2015

Critical Eleven by Ika Natassa

Critical ElevenJudul : Critical Eleven
Penulis : Ika Natassa
Editor : Rosi L. Simamora
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 344 halaman
Tahun terbit : 2015
Rating : 4.5/5 stars
WARNING!!! SPOILER ALERTS!!


Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.
In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.
Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.
Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.
Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.


Aldebaran Risjad. Seorang Petroleum Engineer yang menghabiskan 200 hari setiap tahunnya  di Rigg, sebuah tempat pengeboran minyak lepas pantai. Anak sulung dari 5 bersaudara sekaligus anak kesayangan di keluarga Risjad karena jarang pulang ke Indonesia. Hobi ini kemudian berubah menjadi lebih sering pulang setelah bertemu dengan seorang wanita Indonesia bernama Tanya Baskoro.

Tanya Laetitia Baskoro. Seorang Management Consultant yang juga merupakan anak tunggal dari Keluarga Baskoro. Tanya bertemu dengan Ale saat terbang ke Sydney untuk menonton konser Coldplay. Dari pertemuan dan perbincangan singkat saat penerbangan itu lah, Tanya tidak bisa melupakan kesan pertama kali berkenalan dan berbincang dengan seorang Aldebaran Risjad. Ale yang cakep, Ale yang tinggi, dan Ale yang nyaman diajak ngobrol. Sebelum keduanya berpisah, mereka sempat bertukar nomor telepon dan berencana akan bertemu setelah pertemuan perdana mereka. Sebulan kemudian, Ale menghubungi Tanya untuk mengajaknya makan Ketoprak Ciragil. Dari kencan pertama itu, Ale kemudian memberanikan diri untuk mengajak Tanya berpacaran. Setahun kemudian, Tanya menerima lamaran Ale saat dirinya mengantar Ale ke Bandara untuk kembali ke Teluk Meksiko.

Hingga pada suatu hari, sebuah tragedi besar menimpa kehidupan pernikahan Ale dan Tanya. Membuat pasangan ini introspeksi dan merenung tentang sebuah kehidupan dan cinta.

"Hidup ini jangan dibiasakan menikmati yang instan-instan, Le, jangan mau gampangnya saja. Hal-hal terbaik dalam hidup justru seringnya harus melalui usaha yang lama dan menguji kesabaran dulu."


Woaaah. Menghabiskan 4.5 jam diselingi mandi dan buka puasa, akhirnya aku menyelesaikan buku yang sudah kutunggu selama 2 tahun. Rasanya? Antara lega dan gak rela. Lega karena rasa penasaran ini setidaknya sudah terbayar. Gak rela karena aku pengen baca tentang Ale lagi. Saat pertama aku melihat teaser teaser yang sering diposting penulis di akun Instagramnya, aku pikir buku ini akan menceritakan tentang 2 sejoli yang berkenalan dan pacaran seperti buku buku romantis lainnya. Ternyata aku salah, Critical eleven memberiku kejutan saat aku membuka bab bab pertamanya. Aku tidak menyangka bahwa hubungan Ale dan Tanya sudah memasuki tahap yang 'lumayan jauh'. Cie, Ale gerak cepat cieee. 

Mulai dari segi karakter. Aldebaran Risjad dan Tanya Baskoro berhasil memikatku sejak pertama kali aku membaca cerpennya. Aldebaran yang lebih kalem, tenang, dan tidak se'kampret' adiknya, Haris berhasil membuat aku ingin terus terusan membaca tentang Ale. Ada sebuah kekaguman terhadap karakter yang dibuat mba Ika kali ini. Buat aku, Ale itu menggemaskan dan cute cute gimana gituu hihihi. Sedangkan Tanya, sosok wanita karier yang independent yang sedikit mengingatkanku pada Alexandra namun berumur lebih muda :p dan lebih lembut. Aku suka bagaimana Mba Ika mendeskripsikan hubungan mereka melalui obrolan obrolan hangat dan sentuhan sentuhan kecil Ale kepada Tanya- yang sukses bikin saya baper :") Buat aku, Ale memang karakter yang pas diciptakan untuk aku Tanya. 

Dari segi gaya bercerita, masih khas Mba Ika, mengkombinasikan 2 bahasa dalam gaya berceritanya dan dialog dialog tokohnya. Aku juga selalu suka dengan Mba Ika merangkai kata kata menjadi kata kata yang quotable, meaningful, tapi gak menye menye. Ditambah dengan semua pengetahuan pengetahuannya tentang adegan adegan film, tokoh tokoh film yang bertebaran di buku ini. I really like this book. Buat saya buku ini masterpiece-nya mba Ika, ini jauh lebih bagus dari Antologi Rasa dan Ale berhasil menduduki book boyfriendku, mencoret nama Beno (Sorry, om Ben. Sorry). Buku ini juga lebih melankolis dan (hampir) bikin aku menangis. Kenapa hampir? Karena aku cuma berkaca kaca aja ga nyampe nangis sesenggukan sediih hehe. 

Hal lain yang aku suka adalah buku ini juga dibumbui dengan bumbu humor yang seringkali membuat saya senyum senyum. Kemunculan Harris dibuku ini setidaknya mencairkan ketegangan saat baca buku ini. Saya juga suka kemunculan Tini sebagai ART, entah kenapa rasanya geli aja membayangkan interaksi Ale yang 'cool' dan Tini yang lugu. Saya juga suka banget interaksi Ale dengan Paul, teman Ale yang merupakan orang Medan dan seorang arsitek yang merancang rumah Ale dan Tanya, membayangkan interaksi mereka berdua terasa lucu :D

Bagian favoritku adalah saat selalu bagian Ale. Ale bercerita tentang betapa cantiknya Tanya, betapa dia menyukai suara Tanya saat tertawa, dan betapa Ale saat masih pacaran dulu ingin menjadikan Tanya istri. (Alamaaak, mamaa aku juga pengen nikah sama orang kaya gini huahahaha). Bagian Tanya juga lumayan menarik untuk dibaca. Walau jadi saya sering nyesek saat baca bagian dia. Aku mencoba untuk tidak menghakimi sikap dia setelah terjadinya tragedi besar itu. Karena menurutku, semua hal yang berkaitan dengan kehilangan perlu banyak waktu untuk 'sembuh'.

Terus kenapa bintangnya nanggung banget 4.5? Karenaaaa bukunya kurang tebel dikiit :'(. Aku masih ingin mengetahui tentang kehidupan Ale dan Tanya selanjutnya. Masih penasaran juga nih diriku. Semoga setelah ini, mba Ika mendapat ide ide cemerlang, sehingga bisa menulis buku selanjutnya ya atau bakal nerusin Muse-nya. Selalu kutunggu. 


"I'm here, Nya. I'm here. Until you realize that I'm here eventhough I am not here."



3 komentar:

  1. Uwaaa dapat POnyaaa xDb saya juga terkesan banget sama cerpennya dulu, dan kaget juga ternyata dijadiin novel xDD penasaran gimana ceritanya dinovelin (?) huhu, semoga bisa ada rejeki untuk baca dan atau punya bukunya... terima kasih tuk reviewnya kak :'''

    BalasHapus
  2. aaaak penasaran. Pengen baca detik ini juga, bukunya belum terbit ya ka? btw, makasih reviewnya.

    BalasHapus