Penulis : Winna Efendi
Editor : Jia Effendi
Penerbit : Gagas Media
Jumlah halaman :
Tahun Terbit : 2014
Genre : Romance
Rating : 4/5 stars
Sinopsis
Lucia Surya, atau yang sering dipanggil Lulu bercita cita ingin menjadi seperti sang ayah. Dari kecil, Lulu selalu dibacakan dongeng dongeng oleh sang ayah. Mulai dari dongeng yang memiliki happy ending sampai dongeng yang endingnya masih misteri. Ayah Lulu merupakan arsitek yang handal, tentunya ayahnya harus melalui berbagai rintangan hingga berhasil dan hidup berkecukupan seperti saat ini. Waktu berlalu dengan cepat, Lulu tumbuh menjadi seorang gadis yang pintar, tegar, dan berani.
Di sekolah, ia suka sekali mengeksplor gedung gedung sekolahnya. Mencari cari tempat rahasia yang bisa menjadi tempat persembunyiannya. Dulu, ia suka melakukannya bersama Karin, sahabatnya sedari kecil. Namun, semenjak SMA mereka berubah, mereka tak lagi menjadi sahabat, melainkan 2 orang asing yang pernah punya masa lalu. Semuanya dimulai, saat dia berpacaran dengn Ezra, seorang bad boy yang juga punya band. Dia selalu ada untuk Ezra, begitu juga dengan Ezra. Mereka sering menghabiskan waktu setelah pulang sekolah. Ezra membuatkan lagu untuknya dan memiliki panggilan kesayangan untuk dirinya. Gadis Musim Gugur. Namun, perlahan hubungan mereka berubah saat konser perdana band Ezra dimulai. Tiba tiba, keesokan harinya sudah ada Karin yang berada di sisi Ezra bukan Lulu. Dari sejak itu, mereka tak pernah sama lagi. Karin selalu mengejek dan menghinanya dengan kata Lucifer. Karin yang cantik, sekarang bisa mengomentari apa yang dipakai oleh Lulu dengan kata kata yang menyakitkan. Karena itu lah, Lulu lebih suka menghabiskan waktu untuk bersembunyi di tempat rahasianya. Walau Lulu tak punya teman satu pun, tapi dia bisa bertahan dan menjalani hidup seperti biasa.
Semuanya berubah tambah buruk saat ulang tahunnya yang ke 16. Ayah yang disayanginya, Ayah yang selama ini membacakan dongeng dongeng untuknya, jatuh sakit. Ayah jatuh tersungkur tepat saat Lulu akan meniup lilin ulang tahunnya yang ke 16. Ayah langsung dibawa ke rumah sakit dan menjalani test lebih lanjut. Kata dokter, Ayah Lulu mengidap kanker hati, atau biasa disebut dengan hepitoma. Dari sejak itu lah, ritual keluarga Surya berubah. Tak ada lagi makan malam bersama. Yang ada hanyalah, Lulu memasak makan malamnya sendiri, Bundanya yang mengambil alih kerja kerjaan Ayah, dan bolak balik mengantar Ayah ke rumah sakit untuk kemoterapi.
Hingga suatu hari, giliran Lulu yang mengantar Ayah ke rumah sakit untuk kemoterapi. Untuk membunuh rasa bosan, Lulu kemudian berjalan jalan sekitar rumah sakit. Hingga di sebuah lorong, ia bertemu dengan lelaki muda seumuran dirinya dengan kepala botak. Namanya Eliott. Biasa dipanggil Eli, didiagnosis menderita fibrillary astrocytoma, tumor otak stadium dini yang sering diderita pasien remaja. Sejak pertemuan pertama mereka, Lulu dan Eli sering mengobrol dan menghabiskan waktu bersama. Rumah Eli juga ternyata tidak terlalu jauh dari rumahnya. Lulu juga sering kali menghabiskan waktu di rumah Eli sepulang sekolah. Keduanya juga menulis bucket List, Daftar daftar yang ingin dilakukan sebelum meninggal.
Berhasilkah mereka menyelesaikan bucket list mereka? Bagaimana kelanjutan hubungan Lulu dan Eli? Akankah Lulu memiliki ending happily ever after?
Menyelesaikan buku ini sampai dini hari karena penasaran berat, walau mata sebenarnya sudah ngantuk. Karena buku ini tergolong baru, dan di goodreads belum ada yang mereview secara lengkap. Saya sama sekali tidak punya ekspektasi apa pun, isi ceritanya pun saya belum tahu. Saya hanya bertumpu pada nama Winna Efendi dan sinopsisnya. Seperti membaca buku Winna sebelumnya, setelah membaca buku ini, ada secercah rasa menyesakkan yang selalu hadir tiap membaca bukunya. Saya menyadari bahwa di setiap perjalanan tokoh yang dibuat mba Winna tidaklah mudah dan biasa. Seperti yang ada di buku ini, karakter Lulu yang menurut saya malang dan kasihan banget :(. Tapi juga karakter yang tegar walau banyak sekali masalah yang menghadang. Di samping itu, karakter ini juga masih bisa mengambil sisi positif dari kehidupannya yang sedang dilanda masalah. Saya pertama kali ini kagum dengan karakter yang dibuat mba Winna. Tak hanya sebagai pemain utama tapi juga yang bisa menginspirasi.
Buku ini juga kental dengan unsur keluarga. Kedekatan Lulu dengan ayahnya membuat saya terus menerus membalikan halaman demi halaman. Seperempat buku saya baca tentang mereka saja, mata saya sudah berkaca kaca. Hingga sampai Ayahnya sakit, saya mulai merasa emosi yang ada di dada saya mau meledak. Rasanya pengen nangis. Dan yah, akhirnya memang saya nangis membaca buku ini. Sebenarnya saya tidak terlalu suka membaca buku sicklit yang kadang bisa membuat saya menangis sesenggukan, tapi karena ketidak tahuan saya kalo buku ini ternyata buku yang bisa nangis, jadi yah saya teruskan saja xD
Hal yang paling menyebalkan di buku ini adalah ,....karakter si Karin. Ya ampun awal-awal saya baca dia, rasanya pengen saya uyel uyel. Dasar musuh dalam selimut. Saya rasa, dalam diri Karin seharusnya ada pergolakan hati ya. Dia pernah merasakan seperti apa rasanya ditindas, tak pernahkah dia ingat rasanya saat dia menindas orang? Dan saya masih gak percaya saat Karin mengatakan pada Lulu bahwa dia mengharapkan Lulu mengkonfrontasinya saat Karin mengambil Ezra darinya. Hellooow? Karin ini memang tipe tipe pembully yang gak pernah ngaca kali ya. Jadi dia gak pernah merasa bersalah dan merasa paling benar dan paling cantik. Euuugh, sebel banget siih ada karakter semenyebalkan ini #emosiii. Hahaha. Coba mungkin Karin harus pindah ke SMA gue dulu, biar gue siapkan bala tentara buat bantu uyel uyel dia. Dan karakter Ezra, ah 11:12 lah sama Karin. Saya paling sebal sama tipe cowok yang selingkuh selingkuh begini. Ditambah lagi dengan rentang waktu yang hanya beberapa jam dia putus dengan Lulu, dan esoknya dia sudah bersama Karin. Whaaaat? Bener bener ya, ga habis pikir gimana rasanya gue berada di posisi Lulu. Hmmph #baladapacardiambilsahabat
Over all, saya suka sekali dengan buku ini walau akhirnya bikin saya nangis, tapi worth it lah. Buku ini resmi menjadi salah satu buku favorit saya setelah Melbourne. Semoga pembaca juga merasakan hal yang sama. 4 hati untuk dongeng Lulu dan Eli <3
Aku lagi baca buku ini.. Masih di awal-awal sih, pas Lulu ketemu Eli. Alurnya lambat ya... hehe.
BalasHapusIya ya mba nana. Aku juga pas baca, ngerasanya gitu. Mba Winna lebih sabar meramu ceritanya :)
HapusBagus..
BalasHapus